Keimanan adalah salah satu aspek fundamental dalam agama. Namun, dalam beberapa kasus, kita bisa melihat penyimpangan dalam keimanan, yang berarti seseorang mungkin tidak mempraktikkan agama mereka dengan benar atau bahkan menjauh dari keyakinan yang seharusnya mereka pegang. Berikut adalah beberapa kasus dan fenomena yang menunjukkan penyimpangan dalam keimanan.

Ketidakpatuhan terhadap prinsip-prinsip agama

Ada kasus-kasus di mana seseorang mungkin tidak mengikuti prinsip-prinsip agama mereka dengan benar. Misalnya, dalam Islam, ada orang yang mungkin tidak menjalankan salat atau puasa seperti yang diwajibkan. Ini adalah penyimpangan dalam praktik keagamaan yang seharusnya dihindari.

Banyak dari kita yang mengaku beragama Islam tetapi tidak sedikit yang tidak mengamalkan perintah-perintah yang sudah ditetapkan dalam ajaran Islam. Dengan gampangnya kita meninggalkan hal-hal yang wajib seperti salat dan puasa. Bahkan dengan terang dan berani melakukan hal-hal yang dilarang dalam ajaran agama.

Penyembahan berhala modern

Beberapa orang mungkin menjadikan uang, kekuasaan, atau materi sebagai “berhala” modern mereka. Mereka bisa menjadi sangat terfokus pada hal-hal duniawi ini hingga melupakan nilai-nilai agama seperti kebaikan, keadilan, dan kejujuran.

Dalam keimanan, ada yang disebut dengan tawakal yaitu menyandarkan segala aktivitasnya berdasarkan perintah tuhan bukan berdasarkan hawa nafsu duniawi. Seseorang yang mengalami penyimpangan keimanan akan lebih mementingkan hawa nafsu dibandingkan perintah tuhannya.

Banyak dari kita, dalam beraktivitas, lebih terdorong pada nafsu duniawi dan lupa akan perintah tuhannya sehingga mereka menjadikan “berhala” modern sebagai tujuan hidup mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari orang-orang yang korup terhadap tugas ataupun amanah yang diberikan kepadanya, kikir akan hartanya, dan mementingkan kesenangan dunia dan lupa akan tuhannya.

Ekstremisme agama

Salah satu kasus penyimpangan yang paling mencolok adalah ekstremisme dalam beragama. Beberapa individu ataupun kelompok mungkin menggunakan agama mereka sebagai dasar untuk melakukan tindakan kekerasan atau merendahkan orang lain yang berbeda keyakinan. Ini adalah penyimpangan yang serius dan tidak mewakili pesan damai dan kasih sayang yang seharusnya ada dalam ajaran agama.

Ekstrimisme dalam beragama dapat dipengaruhi oleh faktor kesombongan dan tidak mawas diri. Padahal, ciri-ciri dari orang yang beriman adalah kemawasdiriannya dan kemampuannya dalam menahan ego agar tidak termakan oleh kesombongan.

Menggunakan agama untuk keuntungan pribadi

Terkadang, seseorang mungkin menggunakan agama untuk mencapai keuntungan pribadi, seperti uang atau kekuasaan. Mereka mungkin melakukan penipuan atau mengeksploitasi orang lain atas nama agama.

Seperti yang kita tahu, dalam beberapa tahun terakhir ini muncul fenomena pemuka agama yang memanfaatkan dakwahnya untuk menghimpun dana dari jemaahnya dengan janji sebagai investasi usaha. Tetapi hal tersebut berakhir dengan pemuka agama tersebut ingkar janji ketika ditagih hasil investasi oleh jemaahnya.

Sifat ingkar janji merupakan salah satu penyimpangan keimanan yang serius karena hal tersebut merupakan tindakan dosa yang menyebabkan kerugian bagi orang lain. Bahkan, dalam Islam, janji merupakan salah satu hal yang harus diselesaikan dan menepati janji merupakan sebuah kewajiban.

Sikap intoleransi

Kasus lain adalah ketidakmampuan untuk menerima perbedaan keyakinan dan pandangan. Seseorang mungkin menjadi sangat intoleran terhadap orang lain yang memiliki keyakinan agama yang berbeda, padahal hal tersebut bertentangan dengan pesan perdamaian dan toleransi yang seharusnya ada dalam ajaran agama.

Akhir-akhir ini, sering kita lihat sekelompok orang yang dengan mudah melakukan represi terhadap kelompok lain yang kurang sepaham dengan mereka (terutama ditahun politik) dengan cara penghakiman kelompok lain dengan cap “kafir”. Memutus silaturahmi dengan tidak mau bergaul dengan orang selain dengan kelompoknya.

Kesimpulan

Dalam semua kasus tersebut, penyimpangan dalam keimanan dapat membawa dampak negatif, baik pada individu maupun masyarakat. Penting bagi kita untuk selalu mengingat nilai-nilai dasar agama, seperti kasih sayang, keadilan, dan toleransi, dan berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Agama seharusnya menjadi sumber kedamaian dan kebaikan, bukan alasan untuk melakukan tindakan yang merugikan baik merugikan untuk diri sendiri ataupun orang lain.

Perlu diingat pula bahwa beberapa ciri-ciri orang yang beriman adalah:

  • senantiasa menyandarkan aktivitasnya atas perintah tuhan (tawakal),
  • mawas diri dan bersikap ilmiah agar terhindar dari fitnah,
  • optimis dalam menghadapi masa depan,
  • konsisten dan menepati janji, dan
  • tidak sombong.

Referensi

Nurdin, Ali. Syaeful Mikdar., dan Wawan Suharmawan. (2023). Pendidikan Agama Islam (Edisi 2). Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka


Artikel ini merupakan seri artikel yang berkaitan dengan kegiatan perkuliahan saya. Artikel ini dibuat sebagai catatan gagasan saya dalam kegiatan diskusi selama perkuliahan.

Karena ditulis dari kegiatan perkuliahan, bahasa untuk artikel dengan topik materi kuliah akan lebih formal dibandingkan dengan artikel lainnya. Selain itu, bentuk penulisannya juga serupa dengan esai.

Kamu bisa membuka daftar topik atau bisa menggunakan fitur search untuk mencari artikel di topik lainya.